Wednesday, November 11, 2015

Katolik harus berubah



Katolik dapat dan harus berubah, kata Paus Fransiskus
NCR, 10 November 2015


Paus Fransiskus dengan tajam menguraikan pandangan lengkapnya bagi masa depan gereja Katolik, dan dengan tegas mengatakan bahwa zaman ini butuh katolikisme yang sangat pemurah dan tidak takut perubahan. Umat Katolik harus sadar: "Kita tidak hidup dalam zaman perubahan namun perubahan zaman." 

"Doktrin Kristen bukanlah sistem tertutup yang tidak mampu menghasilkan pertanyaan, keraguan, interogatif - tapi masih hidup, tahu sedang gelisah, dihidupkan," kata Paus. "Dia memiliki wajah yang tidak kaku, ia memiliki tubuh yang bergerak dan tumbuh, memiliki daging yang lembut: itu disebut Yesus Kristus." ...

Pernyataan2  Paus ini luar biasa dalam hal luasnya, penekanannya, dan cara pembawaannya yang tegas. Sementara Paus berbicara di katedral artistik yang terkenal di Florence itu, pidatonya terputus berkali-kali oleh tepuk tangan meriah. 

Dia mulai sambutannya dengan meditasi pada wajah Yesus, yang diwakili oleh sebuah lukisan masa renaisans. "Kalau melihat wajahnya, apa yang kita lihat?" Paus bertanya. "Terutama, wajah Allah yang kosong, Allah yang telah mengambil peran hamba, rendah hati dan taat sampai mati."
"Wajah Yesus mirip dengan wajah begitu banyak saudara kita yang dihina, diperbudak, kosong," katanya. "Tuhan telah memakai wajah mereka. Dan wajah itu memandang pada kita." 

"Jika kita tidak merendahkan diri kita, kita tidak akan melihat wajahnya," kata Paus. "Kita tidak akan melihat kepenuhan-Nya jika kita tidak menerima bahwa Tuhan telah mengosongkan diri-Nya."
Mengutip dua kali dari Injil Matius, Paus mengatakan Anda bisa membayangkan Yesus berkata: "Aku haus dan Kau beri Aku minum," atau "Aku haus dan Kau tidak memberi Aku apapun untuk minum." 

… Paus juga berkata terus terang: "Untuk para uskup, saya meminta Anda untuk menjadi pastor." … "Sebagai pastor Anda jangan berkotbah tentang doktrin yang rumit, tapi pembawa berita Kristus, yang mati dan bangkit untuk kita," katanya. "Tujukan pada hal yang pokok, kerygma."
 
Paus Fransiskus juga berbicara tentang ajaran gereja, "pilih orang miskin" - yang menyatakan bahwa umat Katolik harus mempertimbangkan dampak semua pilihan pada mereka yang termiskin; dengan tegas Paus menyatakan: "Tuhan mencurahkan darahnya tidak untuk beberapa orang, tidak untuk banyak orang, tetapi untuk semua!"

 ... "Oleh karena itu, pergilah ke jalan-jalan dan ke persimpangan jalan: semua yang Anda temukan, panggil mereka, tidak ada yang dikecualikan," dia mendesak. "Di manapun Anda berada, jangan bangun dinding atau batas, tapi tempat pertemuan dan rumah sakit lapangan." 

"Saya ingin gereja Italia yang resah, selalu dekat dengan mereka yang ditinggalkan, yang terlupakan, yang tidak sempurna," kata Fransiskus. "Saya menginginkan gereja bahagia dengan wajah seorang ibu, yang penuh pengertian, menyertai, memberi belaian.""Mimpikan gereja yang seperti ini, percayalah padanya, berinovasilah dengan bebas," desak Paus.


Diskusi 
Jarang Paus bicara seperti di atas. Sedikit sulit dimengerti, tapi ada butir2 yang dengan mudah kita cerna... Beberapa di antaranya:
  • Jangankan tradisi atau kebiasaan; Ajaran Katolik, doktrin, itu bisa berubah. Sebelum ini, seorang kardinal juga bilang, "Doktrin Katolik itu bukan seperti toko yang sudah tutup." Bisa berubah...
  • Wajah Yesus itu mirip dengan wajah begitu banyak saudara kita. Carilah orang kecil, orang yang menderita, terkena bencana, termasuk pasangan yang menderita karena cerai, itulah wajah Kristus. Jangan hina mereka, jangan pandang dengan sebelah mata. Itulah Kristus yang menderita.
  • Untuk para imam, mohon jangan kotbahkan teologi yang rumit2. Tapi yang mudah saja. Kehidupan sehari2. Ini sejalan dengan ucapan Paus di sini.
  • "Pilih orang miskin". Option for the poor. Jangan sampai kegiatan gereja (kita) meninggalkan mereka yang miskin karena tidak punya uang untuk ikut serta. Bikin seminar di hotel? OK saja. Tapi pikirkan bagaimana yang miskin bisa ikut, tanpa terpaksa merendahkan dirinya dengan mengaku miskin.
  •  Akhirnya, mari kita semua (sebagai gereja) menjadi ibu bagi semua saudara kita. Ibu yang penuh kasih, pengertian, dan siap melipur lara mereka yang susah....

No comments:

Post a Comment