"Kadang kala, kita kehilangan orang karena mereka tidak memahani apa yang kita katakan, karena kita telah lupa bahasa yang sederhana dan mengimpor intelektualisme yang asing bagi masyarakat kita."
(At times we lose people because they don’t understand what we are saying, because we have forgotten the language of simplicity and import an intellectualism foreign to our people.)Mungkin ada maksud lain dalam ucapan Paus selain apa yang tersurat di sini; entahlah. Tapi, kalimat yang tertulis di situ menyentuh unek-unek yang telah lama saya pendam. Mengapa surat2 resmi lain dari gereja, surat gembala, visi dan misi, juga kotbah, kadang memakai kalimat atau kata2 yang hanya dimengerti oleh kaum intelektual?
Berikut adalah contoh yg saya ambil secara sembarang dari internet, tanpa maksud jelek apapun. Ini contoh visi dan misi gereja:
- ”Communio dari aneka komunitas basis, yang beriman mendalam, yang solider dan dialogal, memasyarakat dan missioner”
- Mengembangkan tata layanan pastoral berbasis data; memberdayakan komunitas teritorial lingkungan dan komunitas kategorial menjadi komunitas beriman yang bertumbuh dalam persaudaraan.
Lukisan Rasul Petrus |
Kalau mengambil semangat Paus Fransiskus yang mendambakan "gereja miskin, dari orang miskin", maka kalimat2 tadi seharusnya dapat dibaca oleh orang miskin, yang termiskin di paroki, yang umumnya bukan lulusan UI atau UGM, dan mungkin tidak lulus SD. Lalu, bagaimana cara termudah untuk menguji apakah pesan tadi dimengerti oleh mereka? Bawa saja tulisan itu ke tukang kebun dan tukang sampah di gereja, tanyakan apa dia memahami tulisan ini. Begitulah pengertian saya tentang pesan Paus kita mengenai "orang miskin dan orang kecil"...
Beberapa kalimat/frasa lain yang sempat saya comot:
- menggerakkan karya-karya pastoral yang kontekstual
- Gereja partikular Keuskupan XXX amat sadar akan keanekaragaman umatnya
- semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral
- relevansi, donasi, konteks, refleksi
_____________________________________
Artikel diatasa "Bahasa yang sederhana" yg di posted oleh Pak Edi Nugroho ini saya sangat setuju sekali , karena agama itu tidak pandang status manusianya, jadi sebaiknya memakai bahasa yg sederhana sehingga semua umat dari kalangan manapun bisa memahaminya dan bisa mengikutinya. Terima kasih Pak Edi Nugroho yg telah mengajak kita semua umat katholik utk memikirkan saudara2 kita seiman.
ReplyDeleteMohon maaf, saya sungguh tidak bermaksud menggurui. Saya bukan guru, bukan rohaniawan yang harus berkotbah tiap minggu, bukan manager yang mesti kasih seminar... Saya cuma merasa agak tidak nyaman saja...
ReplyDelete