Monday, January 13, 2020

TAHUN KEADILAN SOSIAL 2020 (1)


SURAT GEMBALA
========================
Tahun Keadilan Sosial ini mulai dicanangkan  pada Hari Raya Penampakan Tuhan, Epifani,  untuk mengambil teladan dr kisah itu; kisah orang majus dari Timur.

Konon mereka pulang ke negerinya "lewat jalan lain". Secara simbolis, itu berarti tidak menapaki jalan hidup yang sama. Yang lama. Tapi mengubahnya sehingga membuahkan sukacita (Mat 2:10).

Ini berlaku untuk kita masing-masing, keluarga, paroki, keuskupan, bahkan Gereja semesta: KITA harus berubah. Tidak hanya berpikir dan berbuat seperti kebiasaan lama, kemarin2 dulu.

Diharapkan kita mulai berbuat baik pada semua orang, khususnya orang2 kecil yang miskin, menderita, tersingkir, difabel, dst... sesuai perintah Yesus dalam Injil Matius 25 (yang saya ulang2 terus selama beberapa tahun).
----------------------------------------

** Begitu kurang lebih pembukaan Surat Gembala tadi... Sungguh menarik. Sungguh mulia. Saya sungguh gembira gereja Indonesia mulai serius memperhatikan seruan pemimpinnya, Paus Fransiskus, setelah 6 tahun.

Tapi saya ragu, sangat ragu, dalam hal pelaksanaannya, serta cara pikir tim penyusun. Dan itu SEGERA TERBUKTI.
-------------------
Muncul edaran dr paroki. Minta warga menyumbang untuk keperluan tadi. Membantu orang miskin dst. Segera berkelebat bayangan posting WA tadi siang: cibiran pada seorang kepala daerah yang meminta masyarakat menyumbang orang2 yang kesusahan karena banjir. Dan dia sendiri tidak memberi apa2. Bahkan memotong anggaran untuk itu....

Bukankah itu analogi yang sangat sejajar?. Ada baiknya kalau si pemimpin mulai dr dirinya sendiri. Memberi contoh teladan. Menyumbang. Menambah jatah dalam anggaran. Memberitahukan pada masyarakat, anggaran ditambah sekian persen. Bukan langsung meminta orang untuk menyumbang.

Untuk gereja, ini adalah paroki, keuskupan. Seharusnya paroki dan keuskupan memulai lebih dulu dengan mengeluarkan dana yang dipotong dr anggaran lain. Tidak ada? Tidak bisa? Mungkin slogan Tahun Keadilan perlu disingkirkan dulu untuk 10 tahun lagi...

Kalau anggaran untuk orang miskin ditambah, dengan sendirinya HARUS ada anggaran lain yang dikorbankan (silakan cari).

Ada peristiwa bagus tentang ini.
Wilayah saya akan mengadakan Pesta Natal. Bersuka ria. Mendadak banjir datang. Pesta TIDAK BISA dilangsungkan. Maka panitia mengusulkan, dana diberikan saja pada orang2 yang menderita tadi.... Setujuuuu.... Kurang lebih begitu reaksinya. Putusan yang mulia. Tapi jauh lebih mulia lagi kalau putusan itu dilakukan sebelum banjir datang. Bukan putusan-terpaksa, karena tidak ada jalan lain. Karena kalau mau mencari, pasti masih banyak orang2 menderita di luar sana, terlebih yang bukan Katolik.

Lho, kalau terus menerus memberi, dana gereja akan habis dong? Yes, sir... Itulah gereja yang disebut Paus Fransiskus, gereja miskin, untuk orang miskin.... (Semboyan yang tidak disukai banyak orang).

Mungkin itulah yang diminta dan diharapkan: Mengubah cara pikir kita untuk memakai logika yang lurus. Bukan logika yang kemarin.

*** Omong2, berapa persen ya dana keuskupan yang selama ini dianggarkan? Ada yang tahu? 20- 30%? 40- 50%? Atau cuma 2 -5 %? Mari kita bicara angka.

Semoga terang Roh Kudus  membuka pintu nurani kita semua... Amin🙏

1 comment:

  1. "Selamat siang Bos 😃
    Mohon maaf mengganggu bos ,

    apa kabar nih bos kami dari Agen365
    buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
    ayuk... daftar, main dan menangkan
    Silahkan di add contact kami ya bos :)

    Line : agen365
    WA : +85587781483
    Wechat : agen365


    terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

    ReplyDelete