Tuesday, April 5, 2016

Pembuangan dan Pengasingan Jorge Bergoglio (Paus Fransiskus sekarang) -- Bagian 1

Disadur dr laporan wartawan CNN (lihat link di bawah)
--------------------------------------

Kamar itu kecil dan merah. Tirainya merah tua, lantai merah, selimut merah terbentang di tempat tidur. Sebuah lukisan penyaliban adalah satu-satunya hiasan di kamar itu.

Sepertinya mirip sel tahanan, atau bilik biarawan. Inilah Kamar No. 5 dari rumah Yesuit di Cordoba, Argentina.

Di balik ruang soliter ini, di sisi lain dr dinding batu tebal itu, mahasiswa2 datang berduyun-duyun dan pergi menyebar bagai kawanan burung. Pemusik melatih jemari mereka melambungkan musik Amerika. Pedagang kali-lima menjajakan barang buatannya.

Tapi di kamar No. 5 itu, yang dapat Anda dengar adalah gema bertubi2 dari pikiran Anda sendiri, doa orang kesepian kepada Tuhan yang berada di tempat yang jauh sekali.

Jorge Mario Bergoglio, orang yang kemudian menjadi Paus Fransiskus, menghabiskan dua tahun di ruang kurungan ini selama tahun 1990-an.

Itu adalah malam2 yang gelap bagi seseorang yang sekarang dikenal sbg sosok yang begitu besar, dengan pengikut yang begitu banyak. Dia waktu itu berusia 50 tahun, ditinggalkan oleh banyak rekan Yesuitnya, dibiarkan menderita dalam keheningan yang dalam... Di kemudian hari dia berkata, itu "saat krisis jiwa yang berat."

Ini adalah kisah tentang mengapa Jorge Mario Bergoglio diasingkan ke ruangan ini -- dan bagaimana pelajaran yang menyakitkan ia pelajari di sini dan mengubah Gereja Katolik.
========================

Cordoba, tempat pembuangan itu, bukan kota kecil. Bunyi klakson mobil bersahut2an di jam sibuk. toko modis dan restoran mewah memadati jalan-jalan yang sempit... Inikah tempat Paus diasingkan? Tapi kota itu 800 km dari Buenos Aires, tempat Bergoglio berkarya selama puluhan tahun. Dan di sini Bergoglio tidak diberi tugas yang jelas. Misa, pengakuan dosa, paling2 itu. Amat jauh berbeda dengan tugasnya sebelum itu di Buenos Aires, ketika dia jadi kepala atau provinsial Yesuit dan rektor seminari..

Secara kebetulan, hari pertama saya di Cordoba adalah tanggal 31 Juli, hari pesta St. Ignatius, pendiri Yesuit. Ini hari yang baik untuk secara resmi memulai misi saya di sini.

Hampir setiap segi kehidupan Paus Fransiskus telah ditulis oleh pers dan penulis2 biografi yang hebat2. Tapi waktunya di Cordoba -- bagian dramatis untuk satu orang yang paling terkenal di dunia -- masih diselimuti misteri. Dalam banyak biografi kehidupan Paus, tahun 1990-1992 itu kosong, tanpa cerita, tanpa penjelasan.

Saya membaca hampir semua biografinya, membaca puluhan artikel dan menyisir setiap wawancara yang bisa saya temukan, mencari referensi mengenai apa yang dilakukannya di Cordoba. Saya bahkan menulis surat kepada Bapa Suci.

Karena tidak ada balasan, saya coba taktik lain; Datang ke kota pengasingannya. Di sini, di Cordoba, saya merencanakan untuk berjalan di tempat ia berjalan, berlutut di tempat ia berdoa, bertemu dengan orang-orang yang ditemuinya dan membaca kata-kata yang ditulisnya.

Dan saya menemukan diriku di jantung budaya Cordoba, Manzana Jesuitica -- Blok Yesuit -- kompleks abad ke-17 yang mencakup sebuah gereja batu tinggi, kapel kecil dan kediaman tertutup tempat tinggal 10 pastor Yesuit.

Saya pikir saya beruntung dapat menghadiri misa pada hari pesta St Ignatius. Mahasiswa2 dari perguruan tinggi terdekat berhimpitan dalam setiap bangku di gereja Yesuit itu. Saya terjebak di barisan belakang, dan tidak dengar sebagian besar homili uskup di situ; saya hanya menangkap kata-kata "Papa Francisco" beberapa kali.

Sekitar 57 tahun lalu, calon paus ini datang ke Cordoba sebagai novisiat Yesuit, dengan rambut dan jubah hitam. Dia umur 21, kurang lebih seusia dengan siswa yang duduk di sampingku di misa itu.
Bergoglio dengan ibu dan ayahnya. 1958

Panggilan Bergoglio untuk menjadi imam itu penuh misteri tapi kuat, menghentikan langkah remaja ini. Saat itu musim semi di Buenos Aires, ia melewati gereja dan seperti ikan terpancing kail ia masuk ke gereja. Remaja 16 tahun itu memasuki bilik gelap di mana imam memberikan Sakramen Tobat. "Sesuatu yang aneh terjadi padaku pada pengakuan itu," begitu katanya. "Saya tidak tahu apa itu, tapi itu mengubah hidup saya."

(Red. Seorang teman Bergoglio bahkan berkata, saat itu Bergoglio sedang akan menemui teman wanitanya, tapi mampir ke gereja, dan batallah semua rencana semula.)
-------------

Sehari setelah misa, saya pergi mencari pastor2 Yesuit yang ingat saat Bergoglio tinggal di kota ini. Salah seorang di antaranya adalah pastor Andres Swinnen, yang tinggal tepat di seberang jalan, di sebuah paroki Katolik.

Swinnen memasuki Yesuit satu tahun sebelum temannya Bergoglio, dan sekarang sudah 70 tahunan dalam Serikat Yesus. Dia tinggi dan tampan, dengan rambut perak disapu ke belakang dan aura aristokrat.
Andres Swinnen. kedua dari kiri. Bergoglio, di sebelahnya.

Seperti Bergoglio, Swinnen mengatakan ia bergabung dengan Yesuit karena ia mengagumi tata komunitasnya yang ketat, dengan fokus ke misi dan kehidupan yang disiplin. Waktu para novisiat itu diatur dari menit ke menit. "Jadwal dibuat. Kebiasaan ditetapkan. Anda harus lapor pada waktu tertentu."

Cara hidup yang ketat itu lebih dari hanya jadwal terstruktur itu. Mereka menggunakan sabun sebagai pasta gigi dan koran sebagai kertas toilet, kata Swinnen. Mereka saling memanggil menggunakan nama keluarga, bukan nama panggilan, untuk mencegah keakraban yang berlebihan.

"Seperti militer, ya" kata saya.
Swinnen mengangkat bahunya.

Dibutuhkan lebih dari 10 tahun untuk seorang Yesuit menyelesaikan pelatihan mereka, yang meliputi studi teologi dan filsafat, pelayanan langsung, dan retret spiritual yang intens. Tujuannya adalah untuk melatih sekelompok orang ini untuk bisa pergi ke mana pun dan memenuhi misi apapun, semua untuk "lebih memuliakan Allah."

Bergoglio berharap untuk ditugaskan ke Timur Jauh, seperti pahlawan2 Yesuit idamannya. Tapi permintaannya ditolak karena penyakit paru yang hampir merenggut nyawanya. Sebaliknya, ladang misi Bergoglio lebih dekat dengan rumahnya.
Koridor di luar kamar No.5
--------------

El Museo de la Memoria terletak tidak jauh dari Manzana Jesuitica di Cordoba ini. Ini bekas kantor polisi tempat puluhan orang Argentina - yang diduga gerilyawan atau melawan aturan brutal militer - disiksa dan dibunuh.

Sekitar 30.000 orang Argentina dibunuh atau "menghilang" di antara 1976-1983, periode yang dikenal sebagai Perang Kotor.

Dinding museum peringatan itu dihiasi foto-foto korban, beberapa diambil pada saat-saat terakhir mereka, saat mereka diseret ke kantor polisi, dan beberapa foto menunjukkan hari2 bahagia mereka sebelum ditangkap.

Berjalan melalui museum ini, melihat peninggalan2 dari kehidupan yang terputus itu, Anda akan menyadari mengapa Perang Kotor itu tetap menjadi luka terbuka pada jiwa Argentina. Tepat sebelum pintu keluar, tidak ada buku kenang2an untuk ditandatangani, tapi permohonan untuk informasi tentang orang2 yang dihilangkan. Saat saya berjalan keluar, seorang wanita duduk di tangga, menangis.
----------

Bergoglio diangkat menjadi kepala atau provinsial Yesuit Argentina ketika dia baru berusia 36 tahun. (Serikat Yesus dibagi dalam wilayah geografis yang disebut provinsi, yang dipimpin oleh provinsial yang melayani selama enam tahun.)

Saat itu tahun 1973, tiga tahun sebelum kudeta militer dan awal Perang Kotor. Bergoglio selesai masa pelatihannya hanya dua tahun sebelum itu.

Kedewasaannya memberi kesan pada para pemimpin Yesuit, namun kenaikan pangkatnya yang pesat juga disebabkan oleh serangkaian kejadian malang.
Seorang Yesuit yang lebih mungkin menjadi provinsial meninggal dalam kecelakaan mobil, pada saat jajaran Yesuit sudah menipis oleh perubahan2 besar dalam Gereja Katolik.

Konsili Vatikan II, yang diselenggarakan di Roma pada tahun 1962, diharapkan membuka jendela gereja dan membiarkan udara segar masuk. Ordo2 gereja didorong untuk memeriksa kembali "karisma" mereka atau misi2 khususnya.
Beberapa pastor Yesuit mengambil kesempatan ini sebagai izin untuk bereksperimen dengan sumpah mereka tentang kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Pada saat Bergoglio diangkat sebagai provinsial, banyak pastor Yesuit telah menyelinap melalui jendela yang terbuka oleh Vatikan II itu. Provinsi Yesuit itu berantakan.

Bergoglio bergerak dengan cepat untuk menciptakan ketertiban. Terlalu cepat, sehingga beberapa rekan Yesuitnya menggerutu.
Bergoglio sebagai kepala Yesuit Argentina pada usia 36 tahun.

Tapi tekanan gereja tidak seberapa dibandingkan dengan suasana politik.
Tempat tinggal para Yesuit itu berulang kali diserbu oleh junta militer yang berkuasa. Swinnen bercerita, tentara2 datang dengan todongan senjata. Pesannya jelas: Serikat Yesus sedang diawasi.

Sebagian, ini karena para Yesuit di seluruh Amerika Latin mengganti buku doa harian mereka dengan selebaran2. Teologi Pembebasan -- gagasan bahwa Injil mengungkapkan "pilihan untuk orang miskin" -- sedang mengakar. Tidak puas dengan hanya melayani di daerah kumuh, para Yesuit bertanya mengapa begitu banyak orang Amerika Latin sangat miskin. Para penentangnya memanggil mereka "kaum komunis berjubah."

Rekan2 Bergoglio berkata bahwa dia berusaha merendahkan diri, tanpa secara terbuka memuji atau mengutuk militer. Tugasnya adalah melindungi para imam yang berada di bawah pimpinannya.

Tapi dua pastor Yesuit membuat masalah sangat sulit.

Di bawah pengaruh teologi pembebasan, Franz Jalics dan Orlando Yorio mengorganisasi "komunitas basis" di perkampungan Buenos Aires; mereka mendesak orang miskin untuk menghadapi para penindas mereka.
Bergoglio mengizinkan mereka mengajar iman Katolik tetapi memperingatkan mereka untuk waspada terhadap militer. Mereka akan lebih aman hidup dengan para imam Yesuit lainnya, katanya.

Tapi Jalics dan Yorio menolak.

Akhirnya, Bergoglio memberi Yorio dan Jalics ultimatum: Pilih perkampungan atau Serikat Yesus. Mereka memilih perkampungan kumuh.

Beberapa hari kemudian, orang-orang bersenjata menangkap kedua Yesuit itu.
Bergoglio mengatakan ia sudah menempuh semua cara untuk menyelamatkan mereka. Setelah lima bulan, junta mengalah dan melepaskan kedua Yesuit itu.
Selama bertahun-tahun, Yorio menyalahkan Bergoglio untuk penculikannya, menuduh provinsial meninggalkan dia, tidak melindunginya dan menyerahkannya pada militer.

Jalics lebih diam, hanya mengatakan bahwa ia telah berdamai dengan mantan provinsial-nya. (Setelah pengangkatan Bergoglio menjadi paus, Jalics mengatakan bahwa ia tidak menyalahkan Bergoglio atas penangkapannya.)

Karena intensitas dan rasa sakit yang begitu lama akibat Perang Kotor, saya duga penculikan Yesuit inilah yang menjadi sumber ketegangan utama selama Bergoglio menjadi provinsial. Apa ini yang menyebabkan dia diasingkan ke Cordoba?

Tetapi para pastor Yesuit yang tidak suka pada Bergoglio pun tidak menyalahkan dia atas apa yang terjadi pada Yorio dan Jalics. Mereka memiliki masalah lain dengan dia. Ada masalah lain yang lebih sulit....
------------------
CATATAN: Jorge Maria Bergoglio; ucapkan "jorge" sebagai "horge"

Baca lanjutannya di Pembuangan dan Pengasingan Bergoglio (2)

=====================================
 

No comments:

Post a Comment