PASTOR VAN GENUCHTEN
Siang itu, 50 tahun lalu, aku tidak tahu mau ke mana. Harus cari kos,
tapi di mana? Tidak ada sanak, tidak ada saudara dekat, tak ada teman
di Jakarta. Cari kos yang dekat Salemba. Minta tolong siapa? Segera
pikiranku melayang menuju komunitas yang sangat kukenal: gereja. Pasti
ada pastor yang bisa bantu. Aku tahu di
situ ada Gereja Kramat. Tidak ada pastor yang kenal. Tidak pernah ke
gereja itu. Tapi aku harus cari orang yang bisa bantu.
Dengan
ayunan kaki mantap aku ke gereja, bunyikan bel, cari pastor, dan tidak
lama kemudian keluar pastor Van Genuchten. Wajahnya aku sudah lupa…
Seperti apa ya? Terlalu lama… “Ooo…ada tempat kos. Ayo, saya
boncengkan…” Dengan sigap dia keluarkan Vespa tuanya dan kita pergi ke
rumah kos. Di situlah aku mulai tinggal di Jakarta… Kalau tak dibantu
pastor ini, entah bagaimana nasibku dulu…
Tapi itu baru awal…
Empat bulan kemudian, duit habis. Dan benar2 habis. Tak ada duit; hari
itu mungkin aku tidak makan… Ke mana harus kucari bantuan? Pastor ini
lagi…
Sore2 pukul 5, aku ke gereja… Pastor Van Genuchten sedang
doa di gereja. Aku duduk dua bangku di belakangnya. Waktu dia keluar,
aku menghampiri. “Pastor, saya tidak punya uang untuk makan. Bisa tolong
bantu?”… Berapa? … “200 rupiah.” … Dia merenung sejenak, lalu bilang
“OK. Ini dari kantong saya pribadi. Mestinya gereja tidak boleh
pinjamkan uang.” Kira2 begitu dia berkata. “Tapi jangan bilang2 pada
orang ya,” tambahnya … 200 rupiah. Mungkin sekarang setara 600- 700
ribu rupiah.
Itu yang memungkinkan aku menjadi dokter.
Beberapa bulan kemudian, sesudah aku bisa cari penghasilan lewat memberi
les murid2, uang itu aku kembalikan.
Terima kasih Pastor. Kamu sudah peduli pada orang miskin… Tanpa bantuanmu entah bagaimana…
No comments:
Post a Comment