** Tulisan ini disusun berdasarkan laporan Reuters “Pope Leo, in first month, makes a break in style from Francis” (4 Juni 2025), dengan tambahan2 dari saya...
Paus Leo XIV: Pelan, dan Penuh Perhitungan
Sudah satu bulan Paus Leo XIV menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Pendahulunya, Paus Fransiskus, langsung membuat gebrakan pada hari pertama. Pada minggu pertama. Dalam bulan pertama, gereja dan dunia sudah gempar.
Paus Leo memilih jalan yang lebih sunyi. Tidak tergesa. Tidak berisik. Tapi (semoga) bukan berarti kosong. Sampai sebulan ini, hampir tidak ada hal baru yang keluar dari nya dalam homili, audiensi, ataupun konferensi pers.
Paus asal Amerika Serikat pertama dalam sejarah ini: tenang, konservatif, dan penuh perhitungan. Sampai kini, belum ada pengumuman besar. Belum ada penunjukan kardinal. Belum ada pengumuman rencana kunjungan luar negeri. Bahkan, tempat tinggal resminya di Vatikan pun belum diputuskan. Tapi dari orang2 dalam Vatikan, dikatakan dia akan kembali tinggal di Istana Kepausan, yang sedang direnovasi. Memilih kenyamanan... Sangat berbeda dengan Paus Fransiskus.
Awal yang Sunyi Tapi Sibuk
Sejak terpilih pada 8 Mei 2025, Leo hadir di lebih dari 20 acara publik. Ia menyampaikan pesan damai untuk Gaza dan Ukraina, memimpin misa, bertemu umat. Itu saja. Tidak ada yang membuat gereja atau dunia gempar.
Mengapa Paus Leo tampak begitu berhati-hati?
Mungkin jawabannya ada pada prinsip dasarnya: dengar dulu, bertindak kemudian.
“When you first come into leadership,” ujar Rev. Anthony Pizzo yang mengenal Paus, “listen well… make a well-informed decision.”
Gaya Kepemimpinan yang Baru
Paus Fransiskus dikenal spontan, penuh semangat reformasi, bahkan kadang mengejutkan. Ia tinggal di wisma tamu Vatikan, bukan di apartemen resmi paus. Ia juga sering menjawab pertanyaan tanpa naskah, “tembak langsung dari pinggul, seperti cowboy,” kata sebagian pengamat.
Leo berbeda. Ia memilih membacakan teks tertulis. Menghindari jawaban yang bisa disalahartikan. Komunikasi dibuat lebih hati-hati, tanpa mengorbankan substansi.
Satu hal yang tetap: seruan untuk perdamaian. Dalam doa dan pesan publik, Leo melanjutkan warisan Fransiskus: hentikan perang, rawat bumi, buka tangan untuk kaum miskin. Namun, dengan gaya yang lebih senyap.
Tantangan di Depan Mata
Memimpin Gereja Katolik di abad ke-21 bukan perkara mudah. Berikut tantangan utama yang kini menanti Paus Leo:
• Defisit finansial. Vatikan mengalami kekurangan anggaran sekitar €83 juta, belum termasuk dana pensiun yang membengkak.
• Menurunnya jumlah umat, terutama di Eropa.
• Skandal pelecehan seksual yang terus menghantui Gereja.
• Ketegangan doktrinal tentang peran perempuan, LGBT, dan umat yang bercerai.
Paus Leo belum merespons isu-isu itu secara frontal. Tapi para pengamat meyakini, ia akan menanganinya dengan cara khasnya: mendalam, terukur, dan penuh refleksi.
Paus Bergaya Tradisional
Leo dikenal sebagai pribadi yang menghargai liturgi yang tertata dan anggun. Dalam penampilan perdananya, ia mengenakan mozzetta merah dan ferula perak, dengan salib emas—simbol2 yang dibuang Fransiskus. Yang tidak suka pernak-pernik tetek bengek nenek2 ("Tidak perlu pakai renda nenek2," kata Fransiskus. Yesus tidak pernah pakai busana aneh2 untuk menunjukkan kekuasaannya, kehebatannya. Atau saya terlewat baca di Injil? ). Mobil? Sepertinya mobil butut Fransiskus dibuang. Sudah terlalu usang untuk seorang Paus?
Apakah ini pertanda arah yang lebih tradisional? Atau hanya soal selera pribadi? Tradisional dalam arti sesudah gereja punya kekuasaan duniawi. Bukan zaman para rasul, gereja perdana, yang langsung meneruskan tradisi Yesus, yang sederhana, yang miskin, yang diinginkan Fransiskus.
Paus dari Chicago, Misionaris dari Peru
Robert Francis Prevost—demikian nama lahir Paus Leo—adalah imam Ordo Augustinian yang besar di Chicago dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Peru. Di sanalah ia dikenal sebagai misionaris yang rendah hati, namun efektif. Ia juga pernah menjadi kepala kongregasi penting di Vatikan sebelum terpilih menjadi Paus. Departemen pemilih uskup. Maka dia dikenal oleh semua uskup.
Teman-temannya menggambarkan dia sebagai pribadi dengan “selera humor kering” dan “kebiasaan berpikir sebelum bertindak.”
“He’s not flashy, but very consistent,” kata seorang imam Augustinian yang mengenalnya sejak lama.
Rencana Kunjungan
Hingga artikel ini ditulis, belum ada kunjungan luar negeri yang diumumkan. Tapi ada kabar bahwa Vatikan sedang mengatur kunjungan Leo ke Turki akhir November, bertepatan dengan 1.700 tahun Konsili Efesus—momen penting dalam sejarah Gereja.
Kunjungan ini sudah direncanakan lama oleh Paus Fransiskus. Untuk mengadakan misa bersama dengan Patriark Ortodoks di sana.
Pertanyaan-Pertanyaan Yang Muncul
- Mengapa Paus Leo begitu hati-hati di awal masa jabatannya?
- Apakah pendekatan yang pelan ini akan justru membawa stabilitas jangka panjang?
- Bisakah ia menyatukan Gereja dalam era penuh perpecahan dan skeptisisme?
- Bagaimana ia akan menanggapi isu-isu sensitif seperti LGBT, perempuan, dan penyintas kekerasan seksual?
- Bagaimana dia akan meneruskan misi Rerum Novarum dari pendahulunya, Leo XIII?
- Apa rencana ekonominya untuk menyelamatkan keuangan Vatikan?
Waktu Akan Menjawab
Paus Leo XIV mungkin belum menyampaikan banyak hal. Tapi dalam diamnya, publik mulai membaca tanda-tanda.
Dia tidak bergaya nabi, seperti Fransiskus. Ia bukan pembaru radikal. Tapi ia juga bukan penjaga status quo. Ia seperti tukang kebun yang tidak langsung menebang pohon, melainkan mengamati akar, tanah, dan cuaca.
Akankah gaya ini mampu memimpin Gereja ke masa depan yang lebih sehat? Dunia sedang mengamati setiap langkahnya.
*** Refleksi pribadi
Apapun pendapatmu, itu betul. Apapun yang dilakukan oleh Paus baru kita ini, itu betul, sekalipun seandainya membongkar dan membuang semua ajaran Fransiskus. Karena semua itu betul adanya. Tapi Paus Fransiskus juga betul... Lebih penting dari itu, pendapat mu benar.
Pikirkan, renungkan, berdoa pada Roh Kudus, dan putuskan... Lakukan hal2 baik ... ♥ 💐🌿 🎶
No comments:
Post a Comment