Karya: Pearl S. Buck
=================
Dia terbangun tiba-tiba dan benar-benar terjaga. Saat itu pukul empat, jam saat ayahnya selalu menyuruhnya bangun untuk membantu memerah susu. Aneh, kebiasaan masa mudanya masih menempel padanya sampai sekarang!
Lima puluh tahun yang lalu, dan ayahnya telah meninggal selama tiga puluh tahun, namun ia masih terbangun pada pukul empat pagi. Dia telah membiasakan dirinya untuk berbalik dan tidur lagi; tapi pagi ini Natal, dia tidak berusaha tidur lagi.
Mengapa ia merasa begitu malam ini? Dia menyusuri kembali sang waktu, yang dilakukannya dengan mudah saat ini. Dia berusia lima belas tahun dan masih di tanah pertanian ayahnya. Dia mencintai ayahnya. Dia tidak tahu itu sampai suatu hari beberapa hari sebelum Natal, ketika ia mendengar apa yang dikatakan ayahnya kepada ibunya.
"Mary, aku sebenarnya tidak mau membangunkan Rob di pagi hari. Dia begitu cepat besar dan ia butuh tidur. Coba kamu lihat bagaimana tidurnya ketika aku pergi membangunkannya! Aku berharap bisa mengerjakan sendiri."
"Hm, kamu tidak bisa, Adam," suara ibunya cepat. "Selain itu, dia bukan anak kecil lagi. Saatnya ia mengambil tanggung jawab."
"Ya," kata ayahnya perlahan. "Tapi saya benar-benar tidak suka membangunkannya."
Ketika ia dengar kata-kata ini, sesuatu dalam dirinya berbicara: ayahnya mencintainya! Dia tidak pernah memikirkan itu sebelumnya, menganggap biasa hubungan darah mereka. Baik ayahnya maupun ibunya tidak pernah mengungkapkan bagaimana mereka menyayangi anak-anaknya -- mereka tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu. Selalu ada begitu banyak hal yang harus dilakukan di tanah pertanian.
Tapi sekarang ia tahu ayahnya mencintainya; dia tidak akan malas-malasan di pagi hari dan tidak perlu dipanggil lagi. Dia bangun, tersandung-sandung setengah tidur, dan memakai pakaiannya; matanya tertutup, tapi ia bangkit.
Dan kemudian pada malam sebelum Natal, tahun ketika ia berusia lima belas tahun, ia berbaring selama beberapa menit, berpikir tentang hari esoknya. Mereka miskin, dan sebagian besar kegembiraannya adalah pada masakan ayam kalkun yang mereka besarkan sendiri, dan kue pai yang dibuat ibunya. Saudara-saudara perempuannya menjahit hadiah-hadiah dan ibu serta ayahnya selalu membelikannya sesuatu yang diperlukan; tidak hanya jaket hangat, tapi juga sesuatu yang lebih penting, seperti misalnya buku. Dan ia juga menabung dan membelikan mereka semua sesuatu.
Harapannya, saat Natal ketika ia berusia lima belas tahun itu, ia punya suatu hadiah yang lebih baik untuk ayahnya. Seperti biasa ia pergi ke toko "sepuluh-sen" dan beli dasi. Tampak cukup bagus sampai ia berbaring berpikir malam sebelum Natal itu. Dia melihat keluar dari jendela lotengnya; bintang-bintang bersinar terang.
"Ayah," dia pernah tanya saat dia masih kecil, "Apa yang dimaksud dengan kandang?"
"Itu hanya gudang jerami," ayahnya menjawab, "seperti punya kita."
Kemudian Yesus telah lahir di gudang, dan ke gudang lah para gembala datang ...
Pikiran itu menohoknya seperti belati perak. Mengapa dia tidak memberikan ayahnya hadiah khusus juga, di luar sana di gudang? Dia bisa bangun pagi, lebih awal dari pukul empat, ia bisa merayap ke kandang dan membereskan, memerah susu. Dia akan melakukannya sendiri, memerah susu dan membersihkan, dan kemudian ketika ayahnya datang dia akan melihat semua sudah selesai. Dan dia akan tahu siapa yang melakukannya. Dia tertawa sendiri sambil menatap bintang-bintang. Itulah yang akan dia lakukan, dan dia tidak boleh tidur terlalu lelap.
Dia mungkin terbangun dua puluh kali, menyalakan korek api setiap kali untuk melihat jam - tengah malam, lalu setengah dua, dan kemudian pukul dua.
Pada pukul tiga kurang seperempat dia bangkit dan mengenakan pakaiannya. Dia seperti merayap ke lantai bawah, berhati-hati agar papan tidak berderit, dan membawa dirinya keluar. Sapi menatapnya sambil mengantuk dan terkejut. Terlalu pagi bagi mereka juga.
Dia tidak pernah memerah sendirian sebelumnya, tapi tampaknya mudah. Dia terus memikirkan bagaimana ayahnya akan terkejut. Ayahnya akan datang dan membangunkan dia, lalu berkata bahwa dia akan mulai lebih dulu saat Rob berpakaian. Dia akan pergi ke kandang, membuka pintu, dan kemudian dia akan pergi mengambil dua kaleng susu kosong yang besar. Tapi kaleng-kaleng itu tidak akan menunggu kosong, mereka akan berdiri di rumah-susu itu, penuh.
"Waduh," ia seakan mendengar ayahnya berseru.
Dia tersenyum dan memerah terus, dua aliran yang kuat bergegas masuk ke ember, berbuih dan harum.
Tugas ini selesai dengan lebih mudah dari pada yang dia bayangkan sebelumnya. Untuk kali ini memerah bukan lagi suatu tugas. Itu sesuatu yang lain, hadiah untuk ayahnya yang mencintainya. Dia selesai, dua kaleng susu penuh, dan ia menutupinya, dan menutup pintu dengan hati-hati, memastikan gerendel terpasang.
Kembali di kamarnya, dia hanya punya satu menit untuk melepas pakaiannya dalam kegelapan dan melompat ke tempat tidur, karena ia mendengar ayahnya naik. Dia menarik selimut ke atas kepalanya untuk meredam napasnya yang memburu. Pintu terbuka.
"Rob!" Ayahnya berkata. "Kita harus bangun, nak, sekalipun ini hari Natal."
"Aw-benar," katanya dengan mengantuk.
Pintu tertutup dan ia berbaring diam, tertawa sendiri. Hanya dalam beberapa menit ayahnya akan tahu. Hatinya menari, siap untuk melompat dari tubuhnya.
Menit-menit seperti tak ada habisnya -- sepuluh, lima belas, ia tidak tahu berapa banyak -- dan ia mendengar jejak ayahnya lagi. Pintu terbuka dan dia berbaring diam.
"Rob!"
"Ya, ayah--"
Ayahnya tertawa, tawa aneh yang disertai isakan.
"Kau pikir kau akan menipu saya, kan?" Ayahnya berdiri di samping tempat tidurnya, meraba-raba mencari dia, menarik selimutnya.
"Ini untuk Natal, Yah!"
Dia menemukan ayahnya dan mencengkeramnya dalam pelukannya. Dia merasa pelukan ayahnya di sekeliling badannya. Saat itu gelap dan mereka tidak bisa saling lihat.
"Nak, terima kasih ya. Tidak ada orang yang pernah lebih baik"
"Oh, Ayah, aku ingin kau tahu -- aku ingin jadi baik!" Kata-kata itu keluar dari dirinya sekehendaknya sendiri. Dia tidak tahu harus berkata apa. Hatinya penuh dengan cinta.
Dia bangkit dan memakai pakaiannya lagi dan mereka pergi ke pohon Natal. Oh indahnya Natal ini, dan bagaimana hatinya nyaris meledak lagi dengan rasa malu dan bangga sementara ayahnya bercerita pada ibunya dan adik-adiknya mendengarkan bagaimana dia, Rob, telah bangun dan bekerja sendiri.
"Hadiah Natal terbaik yang pernah ayah peroleh, dan akan ayah ingat, nak, setiap tahun pada pagi hari Natal, seumur hidup." ...
Mereka berdua mengingatnya, dan sekarang setelah ayahnya meninggal, dia ingat sendiri: fajar Natal yang terberkati, ketika, dia, sendirian dengan sapi di kandang, mempersiapkan hadiah pertamanya demi cinta sejati.
Natal ini ia ingin menulis kartu untuk istrinya dan mengatakan padanya betapa ia mencintainya; sudah lama ia tidak mengatakannya, meskipun ia mencintainya dengan sangat istimewa, lebih dari yang pernah dimilikinya saat mereka masih muda. Dia beruntung istrinya mencintainya. Ah, itulah sukacita sejati dari kehidupan, kemampuan untuk mencintai. Cinta masih hidup dalam dirinya, masih.
Tiba-tiba terpikir olehnya bahwa cinta itu hidup karena lama sebelum ini dia lahir dalam dirinya saat ia tahu ayahnya mencintainya. Demikianlah: hanya cinta yang bisa membangkitkan cinta. Dan ia bisa memberikan hadiah itu lagi, dan lagi. Pagi ini, pagi hari Natal yang terberkati ini, ia akan memberikannya kepada istri tercintanya. Dia bisa menuliskannya di surat untuk dibaca dan disimpan terus selamanya. Dia pergi ke mejanya dan mulai surat cintanya kepada istrinya: Kekasihku tersayang ...
Natal yang begitu amat membahagiakan!
Saturday, December 31, 2016
Tuesday, December 27, 2016
Papa Panov
Bagian 2. Bagian 1 dapat dibaca pada tautan
di sini. Baca itu dulu, lanjutkan di sini...
========================
"Cobalah ini untuknya," katanya, sambil menyerahkan sepatu bayi itu pada ibunya. Sepatu kecil yang indah dan serasi. Gadis itu tersenyum gembira dan si bayi berdeguk kesenangan.
"Bapak begitu baik kepada kami," kata gadis itu, ketika dia bangun dengan bayinya untuk pergi. "Semoga semua harapan Natal bapak terkabul!"
Tapi Papa Panov mulai bertanya-tanya apakah harapan Natalnya yang sangat spesial akan terkabul. Mungkinkah tamunya telah lewat?
Dia melihat dengan cemas ke jalan, ke kanan dan ke kiri. Ada banyak orang, tapi dia mengenal mereka semua. Ada tetangga yang akan mengunjungi keluarga mereka. Mereka mengangguk dan tersenyum padanya dan mengucapkan Selamat Natal! Atau para pengemis -- dan Papa Panov bergegas masuk ke dalam untuk mengambilkan mereka sup panas dan sepotong besar roti, dan bergegas keluar lagi agar dia tidak melewatkan orang Asing yang Penting itu.
Lalu dengan cepat senja musim dingin telah tiba. Ketika Papa Panov selanjutnya pergi ke pintu dan memicingkan matanya, ia tidak bisa lagi melihat orang-orang yang lewat.
Sebagian besar orang sudah di rumah dan di dalam ruangan sekarang ini. Akhirnya dia berjalan perlahan kembali ke kamarnya, memasang tirai jendelanya, dan duduk dengan letih di kursinya.
Jadi semua itu hanya mimpi. Yesus tidak datang.
Lalu tiba-tiba ia merasa bahwa ia tidak lagi sendirian di kamar.
Ini bukan mimpi karena dia sadar penuh. Pada awalnya dia seperti melihat di depan matanya barisan panjang orang-orang yang datang kepadanya hari itu. Dia melihat lagi si penyapu jalan yang tua itu, ibu muda dan bayinya, dan pengemis yang diberinya makanan.
Ketika mereka lewat, masing-masing berbisik, "Apakah kau tidak melihat aku, Papa Panov?"
"Kamu siapa?" ia berseru, bingung.
Lalu terdengar suara lain menjawab dia. Itu suara dari mimpinya, suara Yesus.
"Aku lapar, dan kamu memberi Aku makan," katanya. "Aku telanjang dan kau memberi Aku pakaian. Aku kedinginan dan engkau menghangatkan Aku. Aku datang kepadamu hari ini dalam setiap orang yang engkau bantu dan sambut."
Lalu semua diam dan sepi. Hanya suara jam besar yang berdetik. Kedamaian dan kebahagiaan tampak memenuhi ruangan, meluapkan hati Papa Panov sampai ia ingin meledak bernyanyi dan tertawa dan menari dengan sukacita.
"Jadi Dia datang juga akhirnya!" Hanya itu yang diucapkannya.
========================
di sini. Baca itu dulu, lanjutkan di sini...
========================
"Cobalah ini untuknya," katanya, sambil menyerahkan sepatu bayi itu pada ibunya. Sepatu kecil yang indah dan serasi. Gadis itu tersenyum gembira dan si bayi berdeguk kesenangan.
"Bapak begitu baik kepada kami," kata gadis itu, ketika dia bangun dengan bayinya untuk pergi. "Semoga semua harapan Natal bapak terkabul!"
Tapi Papa Panov mulai bertanya-tanya apakah harapan Natalnya yang sangat spesial akan terkabul. Mungkinkah tamunya telah lewat?
Dia melihat dengan cemas ke jalan, ke kanan dan ke kiri. Ada banyak orang, tapi dia mengenal mereka semua. Ada tetangga yang akan mengunjungi keluarga mereka. Mereka mengangguk dan tersenyum padanya dan mengucapkan Selamat Natal! Atau para pengemis -- dan Papa Panov bergegas masuk ke dalam untuk mengambilkan mereka sup panas dan sepotong besar roti, dan bergegas keluar lagi agar dia tidak melewatkan orang Asing yang Penting itu.
Lalu dengan cepat senja musim dingin telah tiba. Ketika Papa Panov selanjutnya pergi ke pintu dan memicingkan matanya, ia tidak bisa lagi melihat orang-orang yang lewat.
Sebagian besar orang sudah di rumah dan di dalam ruangan sekarang ini. Akhirnya dia berjalan perlahan kembali ke kamarnya, memasang tirai jendelanya, dan duduk dengan letih di kursinya.
Jadi semua itu hanya mimpi. Yesus tidak datang.
Lalu tiba-tiba ia merasa bahwa ia tidak lagi sendirian di kamar.
Ini bukan mimpi karena dia sadar penuh. Pada awalnya dia seperti melihat di depan matanya barisan panjang orang-orang yang datang kepadanya hari itu. Dia melihat lagi si penyapu jalan yang tua itu, ibu muda dan bayinya, dan pengemis yang diberinya makanan.
Ketika mereka lewat, masing-masing berbisik, "Apakah kau tidak melihat aku, Papa Panov?"
"Kamu siapa?" ia berseru, bingung.
Lalu terdengar suara lain menjawab dia. Itu suara dari mimpinya, suara Yesus.
"Aku lapar, dan kamu memberi Aku makan," katanya. "Aku telanjang dan kau memberi Aku pakaian. Aku kedinginan dan engkau menghangatkan Aku. Aku datang kepadamu hari ini dalam setiap orang yang engkau bantu dan sambut."
Lalu semua diam dan sepi. Hanya suara jam besar yang berdetik. Kedamaian dan kebahagiaan tampak memenuhi ruangan, meluapkan hati Papa Panov sampai ia ingin meledak bernyanyi dan tertawa dan menari dengan sukacita.
"Jadi Dia datang juga akhirnya!" Hanya itu yang diucapkannya.
========================
Sunday, December 11, 2016
Maria Magdalena: Pengikut Yesus yg utama
Sbg Tuhan, Yesus tdk "kebetulan" lahir di kandang. Dia memilih... Dia juga tidak kebetulan MEMILIH Maria Magdalena sbg org pertama yg melihat Dia telah bangkit. Maria inilah yg menyampaikan kabar kebangkitan Yesus pd para rasul. Ini tonggak terpenting dlm ajaran Kristen. Maka St. Thomas Aquinas menyebutnya "rasul dr para rasul." Apostolorum apostola. Maria Magdalena penginjil yg pertama yg mengabarkan kebangkitan Tuhan. Yg kmdn diteruskan oleh para rasul ke seluruh dunia.
Tapi mengapa dia dijelek2kan? Selama hampir 2000 tahun identitasnya disamakan dengan pelacur. Pdhal dlm Injil tdk ada tulisan sedikit pun bhw wanita pendosa itu Maria Magdalena? Spt ada intrik terorganisasi utk menjatuhkan namanya yg harum... Yah, begitu lah. Inilah gereja kita, dengan segala keutamaan dan dosa2nya, kata Paus Fransiskus (pd kesempatan yg tdk terkait dengan ini.)
Maria Magdalena berarti Maria dari kota Magdala (bandingkan dengan Yusuf dari Arimatea, Yesus dari Nazareth, Saddam Hussein dr Takrit)... Ini keanehan. Krn pd masa itu, wanita biasa ditaruh di bwh bayang2 suami (Herodias, isteri Filipus) atau sbg ibu (Maria ibu Yakobus). Maria Magdalena berdiri sendiri, yg berarti dia mandiri, org yg dihormati. Pemimpin.
Dia juga bisa pergi kemana2 bersama rombongan Yesus. Mgkn sekali dia ikut membantu kebutuhan sandang pangan rombongan itu. Mgkn tdk sangat kaya raya, tapi punya cukup uang utk itu. Krn murid2 Yesus umumnya nelayan miskin.
Apakah kmdn dia mengabarkan Injil spt rasul lain? Mengapa tdk. Dia dulu dibebaskan oleh Yesus dr kuasa 7 roh jahat. Dr segi psikiatri modern, mgkn sekali dia punya sifat yg lain dr yg lain. Dia revolusioner. Berani ikut Yesus kemana2, sedang wanita lain tinggal di rmh. Dia pemberani. Dia datang seorang diri ke kubur Yesus (Yoh 20:1; pd Injil lain tidak sendiri). Dia ikuti Yesus smp di bwh kayu salib, sementara murid lainnya lari sembunyi.
Kemgknan besar dia tdk takut menyebarkan Injil. Dan memang ada ditemukan kitab Injil Maria (Magdalena), meski ini tidak diakui resmi oleh gereja. Bgmn pun, ini menunjukkan dulu ada wanita berpengaruh yg mengajar.
Lalu mengapa nama dia hilang? Krn kalah dlm pertempuran gender, kata ahli sejarah di luar gereja. Budaya yg mengutamakan pria tdk ingin memberi tempat pd wanita.
Pdhal Yesus sangat revolusioner. Dia biarkan Maria Magdalena mengikuti-Nya, melawan adat pd masa itu. Paulus juga sangat revolusioner. Bnyk murid utamanya dan pemimpin gereja lokal (zaman skg, mestinya imam) adalah wanita (Roma 16:1-3). Ini didukung oleh gambar2 zaman itu yg memperlihatkan Paulus diapit oleh dua wanita pengajar (ditandai dengan simbol dua jari yg diacungkan). Tapi saat ditemukan, dua jari dan mata kedua wanita ini dirusak org. Menunjukkan bhw ada org dlm gereja lokal yg tdk suka wanita jadi pemimpin umat.
Maka tulisan dlm surat Paulus, 1 Timotius 2:12, "Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar..." diduga kuat adalah ayat sisipan org lain yg terlibat dlm perang gender ini. Ini bertentangan sama sekali dengan surat Roma tadi. Tapi ini juga menunjukkan, pd saat itu ada wanita yg mengajar: mgkn sekali Maria Magdalena.
Pertempuran ini diteruskan selama berabad2, smp akhirnya Maria Magdalena diidentikkan dengan wanita pendosa itu oleh seorang pejabat tinggi gereja. Dan ini dibiarkan smp th 1969 saat Konsili Vatikan II mencabut noda itu secara resmi. Ahli sejarah gereja akhirnya mengakui ahli sejarah luar gereja...
Kini, 3 Juni 2016 lalu, nama Maria Magdalena lebih dibersihkan lagi ketika Paus Fransiskus mengangkatnya; hari pestanya menjadi setara dengan rasul2 lain.
Sdh sehrsnya lah demikian. Maria Magdalena adalah rasul dr para rasul...
========================
* Di gereja Ortodoks Timur, tdk ada cerita yg mengaitkan Maria Magdalena dengan wanita pendosa itu.
** Semua tulisan di atas hanya rangkaian dr tiga sumber di bwh ini. Saya sendiri krg peduli dengan perang gender, yg smp skg blm selesai ini 😄
*** Mohon koreksi kalau ada kesalahan. Krn ini ditulis dengan cepat.
1. NatGeo - https://youtu.be/Z8Nn8rXHD5w
2. https://aleteia.org/2016/06/10/mary-magdalene-apostle-to-the-apostles-given-equal-dignity-in-feast/
3. Siapa yg menjudutkan Maria Magdalena? http://www.uscatholic.org/articles/200806/who-framed-mary-magdalene-27585
*** Tulisan juga dimuat di sini: https://m.facebook.com/photo.php?fbid=346321522390719&id=100010386228288
Subscribe to:
Posts (Atom)