Pembantu Rumah Tangga orang Katolik (3)
Lanjutan dari Kulit hitam: sering dicambuk oleh orang Kristen.
- Gaji: Saya tidak bicara mengenai keluarga miskin yang
terpaksa memakai dan menggaji pembantu karena keadaan sangat memerlukan. Keluarga itu dengan amat bersusah payah berusaha menggaji pembantunya dari segala kekurangannya... Hemat sini, irit sana, dan akhirnya mereka bisa.
- Tapi sebagian orang
yang mampu, bahkan amat sangat lebih dari mampu, kadang berpikir, kalau
gaji bisa lebih rendah mengapa tidak? Toh semua ini hukum pasar. Dia
mau, dia senang, aku senang, tanpa paksaan... Maka dicari cara untuk
meminimalkan gaji tadi. Aku ambil contoh saja peraturan di Singapura. Karena di sini belum ada peraturan apapun. Sedang digarap LSM (yang mungkin bukan Katolik)... Di sana ada ketentuan, misalnya PRT harus
digaji 400 dolar. Nah, bagi sebagian orang Katolik, kalau bisa diatur supaya pembantunya mau
menerima 250 dolar, bukankah itu bagus? Dia senang, karena untuk ukuran Indonesia, itu sudah cukup besar. Nyonya majikan juga senang karena ada uang lebih untuk beli parfum Crocodile alias Lacoste atau Elizabeth Arden, tiap bulan. Bukankah kalau kumpul berdoa ke gereja perlu wangi? Juga mungkin uang bisa didermakan ke gereja, karena rumah Tuhan perlu dibuat megah.
Di
sini orang Katolik ini lupa pada ajaran gereja yang dituangkan dalam
ensiklik Rerum Novarum (lebih dari 100 tahun lalu) dan Quadragesimo Anno. Intinya, jangan serahkan
gaji pada mekanisme pasar! "Toh, tidak dipaksa, dia mau." Itu mekanisme
pasar. Apalagi, pada kasus di atas, pembantu tadi telah ditipu karena
seharusnya minimal dia memperoleh gaji setara yang ditetapkan negara.
Sangat menyedihkan kalau ini dilakukan oleh orang Katolik yang rajin ke gereja. Apa ini terjadi? Coba tanya pada komunitas Katolik di sana...
- Jadi bagaimana seharusnya orang Katolik menggaji karyawan kecil atau pembantunya? Pertama, ikuti aturan pemerintah (kalau kamu mampu, karena ada yang tidak mampu). Kedua, ingat bahwa pekerja-pekerja terkecil itu adalah perwujudan Kristus di dunia. Yesus sendiri yang bilang, apa yang kau lakukan pada mereka, itu kau lakukan pada Dia. Kalau sabda ini diterima dengan hati terbuka, tak ada keluarga Katolik yang semena2 terhadap pembantu. Pakai "kasih" sebagai dasar utama, maka semua akan gembira (karena "orang Kristen itu gembira," kata Paus)
Jadi, berapa besar kita harus menggaji pembantu rumah tangga (atau karyawan kecil lainnya)? Terserah seberapa besar kasih Anda pada perwujudan Kristus di dunia ini. Tetangga umumnya memberi 500 ribu misalnya. Kalau pakai mekanisme pasar, jawaban kita sebagai majikan mungkin "saya beri 600 ribu saja; bukankah sudah lebih dari cukup?" Tapi untuk yang sudah berlebih kemampuannya, kenapa tidak lebih besar? Sepuluh kali lipat? Kenapa tidak, kalau mampu? Yang utama, jangan lihat pasar. Jangan lihat berapa besar orang lain membayar.
Aku mengenal keluarga2 yang menggaji pembantunya dengan baik dan menyekolahkan anak2 pembantunya sampai lulus. Itulah Kristen sejati.Itu penginjilan yang diinginkan oleh Paus Fransiskus sekarang ini. Anggaplah mereka saudaramu sendiri.
No comments:
Post a Comment