Kasih Allah tidak hanya bagi orang yang mengikuti Perintah2-Nya
========================
Bila mengingat cinta Allah yang tak terbatas, seharusnya kita membalasnya dengan menaati perintah-perintah-Nya; tapi itu bukan syarat untuk cinta dari Allah dan bukan syarat untuk keselamatan yg ditawarkan-Nya melalui Yesus, kata Paus Fransiskus. Orang yang tidak mengikuti perintah-Nya pun tetap dikasihi Tuhan.
Pada hari raya St Teresa dari Avila, Paus mengatakan bahwa ketika Yesus masih hidup... dan hari ini juga (!!), ada "doktor2 ilmu hukum" (gereja) yang berpikir bahwa mereka bisa tahu siapa yang bisa selamat dan siapa yg tidak, hanya dengan melihat bagaimana orang mematuhi perintah-perintah Tuhan.
"Ada baiknya kalau hari ini kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita percaya bahwa Tuhan telah menyelamatkan kita dengan gratis, secara cuma2," kata Paus. "Apakah kita percaya bahwa kita tidak layak diselamatkan, dan jika kita pantas diselamatkan, itu adalah melalui Yesus Kristus dan apa yang telah dilakukan-Nya untuk kita?"
"Mari kita tanyakan pertanyaan2 itu hari ini; hanya dengan cara itu kita akan setia pada kasih penuh belas kasihan yang begitu besar, kasih seorang bapa dan ibu, karena Allah berkata bahwa Dia seperti ibu bagi kita," kata Paus.
Kasih Allah itu luas, tak berpinggir dan tak terbatas, kata Paus. "Kita seharusnya tidak membiarkan diri tertipu oleh para 'doktor' (ahli hukum gereja) yang membatasi cinta ini."
...
...
Pada bacaan Injil hari itu, Lukas 11: 47-52, Paus mengatakan, Yesus menggunakan kata2 yang keras dan "sangat kasar" ketika berbicara tentang para "doktor ilmu hukum" itu (Red. yang pada masa itu disebut ahli kitab)...
...
Para doktor ilmu hukum itu berpikir, satu-satunya cara yang bisa menyelamatkan diri kita adalah dengan menaati segala perintah dan bahwa siapa pun yang tidak bisa melakukan itu akan dikutuk," kata Paus. Ajaran mereka "membatasi cakrawala Tuhan dan membuat kasih Tuhan kecil, kecil", dan akibatnya, mengecilkannya (kasih Tuhan) ke seukuran manusia.
Perintah-perintah Tuhan harus diperhatikan, kata Paus, tetapi perlu diingat bahwa semua itu diringkas menjadi "kasihi Allah dan kasihi sesamamu."
...
...
========================
http://www.catholicherald.co.uk/news/2015/10/15/do-not-be-fooled-by-doctors-of-law-who-limit-gods-love-says-pope-francis/
Friday, February 26, 2016
Thursday, February 25, 2016
Pergi ke gereja tidak membuatmu menjadi orang yang baik
Paus Fransiskus mengatakan bahwa keduniawian adalah "dosa halus" dan memperingatkan orang terhadap bahaya "dosa halus" ini; tidak semua yg pergi ke gereja adalah orang yang baik.
Dalam homili ini Paus mengungkapkan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, yang ditulis dalam Injil Lukas.
Orang kaya itu memakai pakaian yg halus dan makan makanan mewah, sementara Lazarus, pengemis yang tinggal di dekat rumahnya, berjuang melawan kelaparan dan penyakit. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa orang kaya itu tidak benar-benar jahat, tapi "mata jiwanya sudah pasti berwarna (Red. tidak bening) sehingga tidak melihat."
"Mungkin dia adalah seorang yang religius, dengan caranya sendiri," kata Paus. "Mungkin dia berdoa dan beberapa kali setahun dia pasti pergi ke Bait Allah untuk mempersembahkan korban dan dia memberi sumbangan besar untuk para imam, dan dengan hatinya yg pengecut para imam akan berterima kasih padanya dan memberinya kursi kehormatan."
Tapi tidak peduli "perbuatan baik" apa yg telah ia perbuat utk kemuliaan gereja, orang kaya ini gagal mengenali penderitaan orang miskin yang tinggal begitu dekat dengan rumahnya.
Paus Fransiskus kemudian memperingatkan; banyak orang yang religius tapi hati mereka dibayangi oleh keduniawian, sehingga mereka tdk mampu menyaksikan penderitaan rakyat di sekitar mereka.
"Dengan hati duniawi kamu bisa pergi ke gereja, kamu dapat berdoa, kamu bisa melakukan banyak hal (Red. mgkn termasuk rajin pelayanan)," kata Paus. "Tapi jika hatimu msh bersifat duniawi, kamu tidak dapat memahami kebutuhan dan kesulitan orang lain."
....
....
Tapi Paus mengatakan, masih ada harapan. "Kita memiliki Bapa yang menunggu kita. Di tengah keduniawian kita, Dia memanggil kita anak-anaknya. Kita bukan anak yatim," katanya.
========================
Dalam homili ini Paus mengungkapkan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, yang ditulis dalam Injil Lukas.
Orang kaya itu memakai pakaian yg halus dan makan makanan mewah, sementara Lazarus, pengemis yang tinggal di dekat rumahnya, berjuang melawan kelaparan dan penyakit. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa orang kaya itu tidak benar-benar jahat, tapi "mata jiwanya sudah pasti berwarna (Red. tidak bening) sehingga tidak melihat."
"Mungkin dia adalah seorang yang religius, dengan caranya sendiri," kata Paus. "Mungkin dia berdoa dan beberapa kali setahun dia pasti pergi ke Bait Allah untuk mempersembahkan korban dan dia memberi sumbangan besar untuk para imam, dan dengan hatinya yg pengecut para imam akan berterima kasih padanya dan memberinya kursi kehormatan."
Tapi tidak peduli "perbuatan baik" apa yg telah ia perbuat utk kemuliaan gereja, orang kaya ini gagal mengenali penderitaan orang miskin yang tinggal begitu dekat dengan rumahnya.
Paus Fransiskus kemudian memperingatkan; banyak orang yang religius tapi hati mereka dibayangi oleh keduniawian, sehingga mereka tdk mampu menyaksikan penderitaan rakyat di sekitar mereka.
"Dengan hati duniawi kamu bisa pergi ke gereja, kamu dapat berdoa, kamu bisa melakukan banyak hal (Red. mgkn termasuk rajin pelayanan)," kata Paus. "Tapi jika hatimu msh bersifat duniawi, kamu tidak dapat memahami kebutuhan dan kesulitan orang lain."
....
....
Tapi Paus mengatakan, masih ada harapan. "Kita memiliki Bapa yang menunggu kita. Di tengah keduniawian kita, Dia memanggil kita anak-anaknya. Kita bukan anak yatim," katanya.
========================
Monday, February 1, 2016
Paus Fransiskus: Mengubah gereja jadi bisnis itu skandal
Paus Fransiskus
mengutuk para pastor dan orang
awam yang mengubah paroki mereka jadi
"bisnis" dengan memungut bayaran untuk hal-hal seperti pembaptisan, berkat dan intensi
misa. Dia menyebutnya skandal yang
sulit dimaafkan.
…
Paus memusatkan homilinya pada Injil hari ini, injil Lukas di mana Yesus menjungkirbalikkan meja2 di dalam bait Allah dan mengusir orang-orang yang berjualan, mengatakan itu adalah tempat suci yang dimaksudkan untuk doa dan bukan untuk bisnis.
Sementara banyak orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa dengan baik dan mencari Tuhan, mereka dipaksa untuk membayar untuk membuat persembahan, Sri Paus menjelaskan…
…
Paus memusatkan homilinya pada Injil hari ini, injil Lukas di mana Yesus menjungkirbalikkan meja2 di dalam bait Allah dan mengusir orang-orang yang berjualan, mengatakan itu adalah tempat suci yang dimaksudkan untuk doa dan bukan untuk bisnis.
Sementara banyak orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa dengan baik dan mencari Tuhan, mereka dipaksa untuk membayar untuk membuat persembahan, Sri Paus menjelaskan…
"Saya memikirkan bagaimana sikap kita bisa membuat
skandal dengan kebiasaan yang
tidak imami di Bait Allah: skandal
melakukan bisnis, skandal keduniawian," kata Uskup Roma ini, yang mengamati berapa banyak paroki memiliki daftar harga yang tersedia untuk pembaptisan, berkat dan intensi misa.
Paus kemudian menceritakan kisah pasangan muda yang merupakan bagian dari sekelompok mahasiswa yang dipimpinnya tak lama setelah ditahbiskan. Ketika mereka memutuskan untuk menikah, mereka pergi ke paroki mereka untuk meminta upacara sipil dan misa sekaligus.
Ketika mereka bertanya, pasangan itu diberitahu bahwa mereka tidak bisa merayakan misa plus upacara pernikahan karena slot waktu yang terbatas hanya 20 menit untuk upacara; pasangan itu harus membayar untuk dua slot waktu untuk merayakan misa juga.
"Ini dosa, skandal," Paus menjelaskan, dan menyinggung bagian Alkitab dimana Yesus mengatakan kepada orang-orang yang menyebabkan skandal bahwa mereka "lebih baik dibuang ke laut."
Ketika orang-orang yang mengelola Bait Allah dan pelayanannya, termasuk pastor dan orang awam, menjadi pengusaha, "terjadi skandal. Dan kita bertanggung jawab untuk ini. Awam juga! Semua orang," lanjut Paus.
Mencegah skandal adalah tanggung jawab semua orang, kata dia, karena jika kita melihat mentalitas-bisnis ini terjadi di paroki kita, kita perlu memiliki keberanian untuk mengatakan sesuatu kepada para pastor.
"Terjadi skandal ketika Bait Allah, Rumah Allah, menjadi tempat bisnis, seperti dalam kasus yang pernikahan tadi: gereja sedang disewakan."
Paus Fransiskus mencatat bagaimana ketika Yesus membuat cambuk dan mulai mendorong orang keluar dari kuil itu bukan karena dia marah, tapi lebih karena ia penuh dengan murka Allah dan semangat untuk rumahNya.
Yesus, katanya, "mempersoalkan uang, karena penebusan itu gratis; itu hadiah gratis dari Allah, Dia datang untuk membawa kita hadiah yang mencakup segala kasih Allah."
Jadi, ketika sebuah gereja atau paroki mulai melakukan bisnis, itu seperti mengatakan bahwa keselamatan itu tidak gratis lagi, Sri Paus menjelaskan, itulah sebabnya Yesus mengambil cambuknya untuk memurnikan bait yang korup.
Paus kemudian menceritakan kisah pasangan muda yang merupakan bagian dari sekelompok mahasiswa yang dipimpinnya tak lama setelah ditahbiskan. Ketika mereka memutuskan untuk menikah, mereka pergi ke paroki mereka untuk meminta upacara sipil dan misa sekaligus.
Ketika mereka bertanya, pasangan itu diberitahu bahwa mereka tidak bisa merayakan misa plus upacara pernikahan karena slot waktu yang terbatas hanya 20 menit untuk upacara; pasangan itu harus membayar untuk dua slot waktu untuk merayakan misa juga.
"Ini dosa, skandal," Paus menjelaskan, dan menyinggung bagian Alkitab dimana Yesus mengatakan kepada orang-orang yang menyebabkan skandal bahwa mereka "lebih baik dibuang ke laut."
Ketika orang-orang yang mengelola Bait Allah dan pelayanannya, termasuk pastor dan orang awam, menjadi pengusaha, "terjadi skandal. Dan kita bertanggung jawab untuk ini. Awam juga! Semua orang," lanjut Paus.
Mencegah skandal adalah tanggung jawab semua orang, kata dia, karena jika kita melihat mentalitas-bisnis ini terjadi di paroki kita, kita perlu memiliki keberanian untuk mengatakan sesuatu kepada para pastor.
"Terjadi skandal ketika Bait Allah, Rumah Allah, menjadi tempat bisnis, seperti dalam kasus yang pernikahan tadi: gereja sedang disewakan."
Paus Fransiskus mencatat bagaimana ketika Yesus membuat cambuk dan mulai mendorong orang keluar dari kuil itu bukan karena dia marah, tapi lebih karena ia penuh dengan murka Allah dan semangat untuk rumahNya.
Yesus, katanya, "mempersoalkan uang, karena penebusan itu gratis; itu hadiah gratis dari Allah, Dia datang untuk membawa kita hadiah yang mencakup segala kasih Allah."
Jadi, ketika sebuah gereja atau paroki mulai melakukan bisnis, itu seperti mengatakan bahwa keselamatan itu tidak gratis lagi, Sri Paus menjelaskan, itulah sebabnya Yesus mengambil cambuknya untuk memurnikan bait yang korup.
Diskusi:
Lalu bagaimana dengan bayaran untuk koor, bunga, seminar, KKR, dll.?
Subscribe to:
Posts (Atom)