Monday, January 13, 2020

Komunis, Gereja, dan Yesus Tunawisma



TAHUN KEADILAN SOSIAL 2020 (4)

Hampir 130 tahun lalu, Paus Leo XIII menyodorkan prinsip baru untuk melawan gerakan komunis yang meluas kala itu; prinsip atau asas subsidiaritas. Komunis mengajarkan untuk mengambil anak2 untuk dididik (diindoktrinasi) oleh negara di asrama. Jangan, kata gereja. Itu salah besar. Apa yang bisa dilakukan oleh unit yang lebih rendah, harus dilakukan mereka. Yang di atas hanya melihat dan membantu, kalau perlu... Anak bisa dididik oleh keluarga sendiri. Jangan ambil hak keluarga... Setuju bukan? Setuju sekali...

Tapi mari kita lihat kehidupan dalam gereja kita sendiri. Tadi nonton sekilas penjelasan resmi tentang "celengan Yesus Tunawisma" di Hidup TV, lewat Youtube... Menabunglah. Masukkan duit dalam celengan. Lalu kumpulkan di lingkungan. Serahkan ke paroki. Paroki akan memanfaatkan dana itu untuk program2 membantu orang miskin, yang lemah, menderita, difabel, dll... Lingkungan boleh usul, tapi paroki yang menentukan. 

Yang tersirat, tapi tidak tersurat, adalah: kamu, keluarga2, lingkungan2, tidak bisa, tidak mampu, melakukan tindakan2 kasih, tindakan kebaikan, seperti yang diminta Yesus pada semua orang. Para pengurus paroki dan pengurus keuskupan lah yang bisa. Yang tahu caranya... Just pray, pay, and obey (Berdoa saja, bayar, dan nurut saja, kata orang2 yang sinis pada gereja.)

Kata2 itu mungkin terlalu keras. Tapi mungkin juga ada individu, keluarga, atau lingkungan yang kurang nyaman kalau dianggap tidak mampu berbuat baik kalau tidak dibimbing... Saya sendiri percaya, mereka bisa! Bisa berbuat baik sendiri, tanpa harus diajari caranya oleh paroki dan keuskupan. Yesus sendiri yang mengajari.. 

Lalu mengapa gereja tidak memakai prinsipnya sendiri yang dulu digembor2kan? Asas subsidiaritas. Masing2 individu dan keluarga serta lingkungan dapat melakukan itu. 
Biar mereka yang melakukan. Jangan diambil alih oleh paroki atau keuskupan. Tapi kami lebih ahli mengurus itu. Lebih efisien... Itulah juga yang dikatakan oleh para gembong komunis Eropa di masa lalu. 

Paus Fransiskus sendiri, dalam Evangelii Gaudium #120, berkata: "Semua orang  yang dibaptis, apapun posisinya di Gereja atau tingkat pemahaman imannya, adalah agen dari evangelisasi, dan tidak cukup kalau membayangkan rencana
evangelisasi yang (hanya) dilakukan oleh
profesional sedangkan sisa umat yang setia hanya menjadi penerima pasif. Evangelisasi-baru meminta keterlibatan pribadi dari tiap2 orang yang dibaptis."
Jelas Paus Fransiskus menekankan pentingnya keterlibatan unit2 yang lebih bwh, lebih kecil, yaitu pribadi dan lingkungan. Beliau menginginkan agar asas subsidiaritas secara konsisten digunakan, bukan hanya untuk di luar gereja, namun juga di dlm kehidupan gereja. Karena rada ajaib kalau gereja mendua: pakai asas itu di luar, dan mencampakkannya di dalam. 

Mengikuti ajaran paus untuk berbela-rasa rasa pada orang miskin, menuju visi "Gereja miskin", itu bagus sekali. Tapi mungkin perlu juga dipelajari prinsip2 ajaran paus yang lain, yang meminta kita kreatif, menggunakan cara pikir dan jalan baru, yang selama ini belum dilewati. Semua Roh Kudus menerangi kita semua. Amin...

** Dalam tulisan sebelum ini sudah disebut, untuk paroki kaya, tentu ada surplus. Itu yang perlu diserahkan ke keuskupan...

No comments:

Post a Comment